PONOROGO - Hasil riset siswa-siswi SMAN 3 Ponorogo makin diperhitungkan di dunia internasional.
Bagaimana tidak, karya pelajar SMA Negeri yang dipimpin Sasmito Pribadi, M.Pd itu kerap menjadi yang terbaik meskipun bersaing dengan ratusan penemuan dari puluhan negara di dunia.
Terbaru, temuan siswa SMAN 3 Ponorogo meraih medali perak dalam ajang "Kaohsiung International Invention & Design EXPO 2021" di Taiwan, (10/12/2021).
Hebatnya, siswa SMAN 3 Ponorogo mampu bersaing dengan sedikitnya 500 penemuan dari 31 negara di dunia.
Prestasi itu dipersembahkan oleh Inneke Maulina (XII MIPA 2), Mochtar Yoni Kuncoro (XII IPS 1), Mauli Dwi Ananda (XI MIPA 2), dan Dhea Nanda Puspita (XI MIPA 7).
Mereka mengikuti perlombaan level internasional ini secara daring. Perlombaan ini berupa melakukan penelitian secara ilmiah dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
Keempat siswa ini meneliti jerami padi dan cangkang telur yang disulap menjadi nutrisi yang bermanfaat meningkatkan produktifitas tanaman pada sistem hidroponik.
Dalam bahasa Inggris, judul penelitian mereka adalah " _The Effectiveness of Nutrikultura (Horticulture Nutrient) from Oryza sativa Straw and Gallus gallus domesticus Eggshell to Increase Amaranthus tricolor Growth in NFT Hydroponic System_ " yang dalam bahasa Indonesia berarti "Uji Efektivitas Nutrikultura (Nutrisi Hortikultura) dari Jerami Padi (_Oryza sativa) dan cangkang telur (_Gallus gallus domesticus_ ) untuk meningkatkan pertumbuhan bayam merah ( _Amaranthus tricolor_ ) pada sistem hidroponik NFT".
Inneke Maulina dkk. mengaku senang bisa mempersembahkan medali perak dalam ajang berkelas Internasional ini.
Keempatnya mengaku tergerak melakukan riset terkait hortikultura karena melihat semakin sempitnya lahan seiring makin padatnya jumlah penduduk. Padahal, kebutuhan sayuran makin meningkat. Ditambah lagi, pemanfaat jerami padi dan cangkang telur menurutnya masih sangat terbatas.
Untuk mengatasi persoalan itu, mereka membuat solusi agar kebutuhan sayuran terpenuhi dengan memaksimalkan lahan sempit melalui sistem tanam hidroponik NFT.
"Kami membuat hidroponik dengan sistem NFT, yang mana untuk tambahan nutrisinya kami buat dari jerami padi dan cangkang telur," sebutnya.
Selain nutrisi tanaman dalam bentuk cair, mereka juga memanfaatkan ampas sisa hasil pembuatan nutrisi tersebut menjadi strawwool, yakni pengganti rockwool dalam sistem tanam hidroponik.
Temuan ini, sambung Mochtar, adalah buah pemikiran mereka yang dibimbing oleh guru pembina KIR.
Bukan perkara mudah untuk membuat nutrisi dengan komposisi yang tepat. Mereka harus puluhan kali melakukan uji coba. "Selalu kami evaluasi bahkan uji coba sampai 30 kali," sebutnya.
Namun, berkat ketelatenan mereka, akhirnya temuan ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan nutrisi tanaman dan media tanam hidroponik di pasaran.
Di antara keunggulannya adalah terjamin kebersihannya, pertumbuhan tanaman lebih cepat, tidak ada efek samping, dan tentunya lebih murah karena memanfaatkan limbah yang melimpah di alam.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah dan guru pembina yang mendukung dan memfasilitasi selama penelitian sampai juara lomba," ujarnya.
Sementara itu, Siti Nurwaqidah, M.Pd selaku pembina KIR mengatakan prestasi internasional ini menjadi bukti bahwa _SMAGA Research School_ yang dicanangkan SMAN 3 Ponorogo bukan sekadar slogan belaka.
"SMAGA sebagai sekolah riset memang terbukti unggul, bukan lebel saja, tapi di dalamnya penelitian benar-benar dilakukan terus menerus bahkan mengukir juara," sebutnya.
Ia mengapresiasi siswa yang rajin melakukan latihan yang intens di luar jadwal bimbingan. "Ekstra KIR (latihan rutin) tiap hari Sabtu, tapi ketika mendekati lomba, anak-anak berlatih intensif hampir setiap hari," sebutnya.
Ia selaku pembina juga terus memompa semangat siswa untuk terus melakukan riset. "Saya selalu menyampaikan, ketika mengikuti lomba dan mendapatkan juara maka dapat bermanfaat bagi masa depan. Salah satunya bisa menjadi tiket atau faktor pendukung masuk PTN melalui jalur prestasi," pungkasnya. (agus rifai)
COMMENTS