![]() |
Dimasa pandemi, reog Ponorogo terancam mati. Untuk bisa bangkit, butuh pengakuan dari Unesco. |
PONOROGO- Dalam petunjuk operasional ICH UNESCO (Operational Directive for the Implementation of the Convention for the Safeguarding of the Intangibel Cultural Heritage, 2020) terdapat 3 prioritas dalam menentukan berkas usulan ICH UNESCO. Kata bupati Ponorogo Kang Sugiri Sancoko.
"Kelompok Prioritas yang pertama adalah berkas dari negara yang belum pernah sama sekali memiliki elemen yang terinkripsi, praktik pelindungan terbaik yang terpilih atau yang mendapatkan bantuan internasional lebih dari US$ 100.000 dan berkas nominasi yang masuk dalam daftar warisan budaya tak benda yang membutuhkan pelindungan mendesak," jelas Prof Hamy kemarin.
Kelompok Prioritas kedua adalah berkas usulan multinasional.
Kelompok Prioritas ketiga adalah berkas usulan yang berasal dari negara pengusul yang memiliki warisan budaya yang terinkripsi paling sedikit dan memiliki praktik baik .
"Reog Ponorogo menjadi satu-satunya warisan budaya yang masuk dalam prioritas pertama yang diusulkan dalam berkas usulan daftar warisan budaya tak benda yang membutuhkan pelindungan mendesak (form ICH-01)," ungkap Prof Hamy.
Sementara warisan budaya yang lain tidak masuk dalam prioritas tersebut.
Pengusulan dalam berkas pelindungan mendesak dipilih karena dalam masa pandemi seni pertunjukan Reog Ponorogo mengalami keterancaman yang nyata. Turunnya minat dan terbatasnya ruang berkesenian serta sulitnya mencari bahan baku pembuatan alat kesenian Reog Ponorogo menjadi situasi yang harus dihadapi oleh komunitas Reog Ponorogo di berbagai wilayah. Kondisi terancam punah ini membutuhkan perhatian dan dukungan pemerintah untuk bisa mengaktifkan kembali kesemarakan seni pertunjukan Reog.(yani)
COMMENTS